06 Juli 2012

Strategi Pengelolaan Stres Kerja Guru

1. Pendahuluan


Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat fundamental dalam membentuk dan mempersiapkan peserta didik yang handal dan berkualitas untuk menghadapi berbagai tantangan di era globalisasi ini. Berbicara mengenai permasalahan ini, tentunya tidak terlepas dari pemberdayaan guru karena guru merupakan profesi yang berperan besar dan mempunyai kedudukan sangat penting dan strategis dalam dunia pendidikan. 

Guru tidak saja mengemban tugas di sekolah, namun juga tugas sosial kemasyarakatan di lingkungan tempat tinggalnya. Di sekolah, guru mengemban tugas sebagai pengajar sekaligus pendidik. Sebagai pengajar, guru memberikan pengetahuan (kognitif), sikap dan nilai (afektif), dan keterampilan (psikomotor) sedangkan sebagai pendidik, guru harus mendidik siswanya menjadi manusia dewasa. Dalam kehidupan sosialnya, oleh masyarakat sekitar seorang guru diberikan tempat yang terhormat. Kondisi ini menyebabkan profesi guru memiliki tanggung jawab dan kewajiban yang lebih besar dibandingkan dengan profesi lain.

Pada umumnya, pelaksanaan tugas yang dilakukan guru selalu mengandung permasalahan dan tantangan. Masalah dan tantangan ini seringkali menimbulkan stres yang bisa mengganggu pencapaian tujuan.

Berbagai macam permasalahan yang berasal dari dalam diri anak didik, banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan dan diselesaikan oleh seorang guru, adanya konflik peran, hubungan dengan rekan sekerja, pekerjaan yang sebenarnya yang dirasakan tidak sesuai dengan minat dan kemampuan guru tersebut, tanggung jawab yang besar berhubungan dengan perkembangan prestasi akademik siswa, perubahan kurikulum yang cepat, serta rutinitas pekerjaan yang sama setiap harinya, merupakan faktor-faktor yang dapat memicu timbulnya stres kerja pada guru.

Berbagai peran dan tuntutan yang harus dilaksanakan dapat mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan dalam diri guru dan akhirnya menimbulkan tekanan-tekanan baru yang akan dirasakan membebani dan mempengaruhi perilaku dalam keseharian guru tersebut.

Selain dibebankan dengan berbagai tugas, guru-guru juga terpaksa menghadapi tekanan dari masyarakat. Masyarakat senantiasa memberi perhatian kepada isu-isu pendidikan khususnya yang berkaitan dengan pencapaian akademik para pelajar. Perubahan-perubahan yang berlaku di dalam masyarakat secara langsung akan mempengaruhi perubahan di dalam sekolah. Stres yang dialami oleh guru akan mempengaruhi sikap mereka dan memberi dampak kepada kinerja guru.

Berbagai permasalahan yang dialami guru memunculkan perasaan tertekan. Seorang guru yang bekerja dalam tekanan menimbulkan kondisi stres. Pada akhirnya, guru tersebut akan mengalami kesulitan untuk mengembangkan kemampuannya secara optimal.

Stres kerja pada guru dapat muncul dalam gejala emosional dan perilaku. Gejala emosional seperti sedih, bosan, sinis, apatis, cemas, dan tampak seperti tanpa harapan sedangkan gejala perilaku yang muncul dapat berupa kecenderungan untuk menyakiti, melukai, dan merugikan orang lain atau yang disebut dengan kecenderungan perilaku agresi. 

Kecenderungan perilaku agresi ini tidak hanya ditujukan terhadap siswa namun juga kepada atasan dan rekan sekerja, seperti berani menentang atau melanggar peraturan, pelanggaran kode etik dan tata tertib sekolah (Assegaf, 2004:3). Selain itu, guru juga tidak disiplin dalam waktu, tugas dan tanggung jawab, berprasangka buruk kepada orang lain, menganggap dirinya lebih unggul dibandingkan dengan orang lain dan tidak mau mengakui adanya kelemahan di dalam dirinya (Koeswara, 1988:114). 

Seseorang yang mengalami stres akan melakukan suatu usaha guna mereduksi stres yang dialami atau yang biasa disebut dengan perilaku coping. Coping merupakan upaya individu untuk mengatasi keadaan atau situasi yang menekan, menantang, atau mengancam, baik berupa tindakan atau pikiran yang dilakukan secara realistis guna mencari cara dan pemecahan terhadap stres yang dialami. Apabila terjadi kegagalan dengan proses coping yang dilakukan, kecenderungan perilaku agresi akan timbul sebagai cara untuk mereduksi kondisi stres kerja yang dialami (Diahsari, 2001:364).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tugas dan tanggung jawab seorang guru yang sangat besar dapat menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan dalam diri guru akibat adanya ketidakpuasan terhadap pekerjaan dan besarnya tuntutan sosial dan ekonomi yang diterima. Keadaan ini berpotensi menimbulkan tekanan-tekanan psikologis yang berkaitan dengan pekerjaannya. Apabila keadaan ini berlangsung dalam waktu yang cukup lama, seorang guru akan menunjukkan sikap yang cenderung apatis dan akhirnya memicu kecenderungan untuk berperilaku agresi.

2. Strategi Pengelolaan Stres Kerja Guru

2.1 Stres Kerja

Menurut Morgan dan King (1986:321) stres adalah: 
“…as an internal state which can be caused by physical demands on the body (disease conditions, exercise, extremes of temperature, and the like) or by environmental and social situations which are evaluated as potentially harmful, uncontrollable, or exceeding our resources for coping” .

Jadi, stres adalah suatu keadaan yang bersifat internal yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik (badan), lingkungan, dan situasi sosial, yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol. Cooper (1994) mendefinisikan stres sebagai tanggapan atau proses internal atau eksternal yang mencapai tingkat ketegangan fisik dan psikologis sampai pada batas atau melebihi batas kemampuan subjek (http://rumahbelajarpsikologi.com). 

Menurut Hager (1999), stres sangat bersifat individual dan pada dasarnya bersifat merusak bila tidak ada keseimbangan antara daya tahan mental individu dengan beban yang dirasakannya. Namun, berhadapan dengan suatu stressor (sumber stres) tidak selalu mengakibatkan gangguan secara psikologis maupun fisiologis. Terganggu atau tidaknya individu, tergantung pada persepsinya terhadap peristiwa yang dialaminya. Faktor kunci dari stres adalah persepsi seseorang dan penilaian terhadap situasi dan kemampuannya untuk menghadapi atau mengambil manfaat dari situasi yang dihadapi (http://rumahbelajarpsikologi.com). Dengan kata lain, reaksi terhadap stres dipengaruhi oleh bagaimana pikiran dan tubuh individu mempersepsi suatu peristiwa. 

Berdasarkan berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa stres kerja adalah sesuatu yang memberikan tekanan akibat adanya ketidakseimbangan antara beban kerja yang diterima dengan kemampuan kepribadian individu dalam memberikan tanggapan baik secara fisik maupun mental terhadap berbagai urusan pekerjaan yang dirasa tidak menyenangkan. 

2.2 Gejala-gejala Stres

Cooper dan Straw (1995:8) mengemukakan gejala stres dapat berupa tanda-tanda berikut ini:
1. Fisik, yaitu nafas memburu, mulut dan kerongkongan kering, tangan lembab, merasa panas, otot-otot tegang, pencernaan terganggu, sembelit, letih yang tidak beralasan, sakit kepala, salah urat, dan gelisah.

2. Perilaku, yaitu perasaan bingung, cemas dan sedih, jengkel, salah paham, tidak berdaya, tidak mampu berbuat apa-apa, gelisah, gagal, tidak menarik, kehilangan semangat, sulit konsentrasi, sulit berpikir jernih, sulit membuat keputusan, hilangnya kreativitas, hilangnya gairah dalam penampilan, dan hilangnya minat terhadap orang lain.

3. Watak dan kepribadian, yaitu sikap hati-hati menjadi cermat yang berlebihan, cemas menjadi lekas panik, kurang percaya diri menjadi rawan, penjengkel menjadi meledak-ledak.

Menurut Braham (dalam Handoyo, 2001:68) gejala stres dapat berupa tanda-tanda berikut ini:
1. Fisik, yaitu sulit tidur atau tidur tidak teratur, sakit kepala, sulit buang air besar, adanya gangguan pencernaan, radang usus, kulit gatal-gatal, punggung terasa sakit, urat-urat pada bahu dan leher terasa tegang, keringat berlebihan, berubah selera makan, tekanan darah tinggi atau serangan jantung dan kehilangan energi.

2. Emosional, yaitu marah-marah, mudah tersinggung dan terlalu sensitif, gelisah dan cemas, suasana hati mudah berubah-ubah, sedih, mudah menangis, dan depresi, gugup, agresif terhadap orang lain dan mudah bermusuhan serta mudah menyerang dan kelesuan mental. 

3. Intelektual, yaitu mudah lupa, kacau pikirannya, daya ingat menurun, sulit untuk konsentrasi, suka melamun berlebihan, pikiran yang dipenuhi satu pikiran saja.

4. Interpersonal, yaitu acuh dan mendiamkan orang lain, kecercayaan pada orang lain menurun, mudah mengingkari janji pada orang lain, senang mencari kesalahan orang lain atau menyerang dengan kata-kata, menutup diri secara berlebihan, dan mudah menyalahkan orang lain.

Stres di tempat kerja berhubungan dengan kualitas kerja dan interaksi normal individu sebelumnya. Stres kerja meliputi: 
a. kepuasan kerja rendah,
b. kinerja yang menurun,
c. semangat dan energi menjadi hilang,
d. komunikasi tidak lancar,
e. pengambilan keputusan tidak bagus,
f. kreativitas dan inovasi kurang, dan
g. bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif.

2.3 Strategi Mengelola Stres Kerja

Manusia adalah makhluk kompleks yang berada dalam kehidupan yang kompleks pula. Kompleksitas kehidupan berpotensi menimbulkan stres, dan menuntut seseorang untuk mengatasinya. Cara seseorang mengatasi stres dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu defense mechanism dan direct coping (http://www.rosyid.info/2010). 

Defense mechanism merupakan cara yang spontan dan tidak disadari dan pengelolaan stres berpusat pada emosi yang dirasakan. Beberapa perilaku yang tergolong kedalam kelompok ini adalah:
1. Acting out, yaitu menampilkan tindakan yang justru tidak mengatasi masalah. Perilaku ini lebih sering terjadi pada orang yang kurang mampu mengendalikan/menguasai diri, misalnya merusak barang-barang di sekitarnya.

2. Denial, yaitu menolak mengakui keadaan yang sebenarnya. Hal ini bisa bermakna positif, bisa pula bermakna negatif. Sebagai contoh, seseorang guru menyadari bahwa dirinya memiliki kelemahan dalam berbahasa Inggris, namun ia terus berupaya untuk mempelajarinya. Hal ini bisa bermakna positif bila dengan usahanya tersebut terjadi peningkatan kemampuan dan dapt pula bermakna negatif bila kemampuannya tidak meningkat karena memang potensinya sangat terbatas sehingga mengabaikan pengembangan potensi lain yang ada dalam dirinya.

3. Displacement, yaitu memindahkan/melampiaskan perasaan/emosi tertentu pada pihak/objek lain yang benar-benar tidak ada hubungannya namun dianggap lebih aman. 

4. Rasionalisasi, yaitu membuat alasan-alasan logis atas perilaku buruk. 

Cara kedua adalah dengan perilaku disadari, yang disebut sebagai direct coping, yaitu seseorang secara sadar melakukan upaya untuk mengatasi stres. Jadi, pengelolaan stres dipusatkan pada masalah yang menimbulkan stres. Ada dua strategi yang bisa dilakukan untuk mengatasi stres, yaitu: 

a. Meningkatkan toleransi terhadap stres dengan cara meningkatkan keterampilan atau kemampuan diri sendiri, baik secara fisik maupun psikis, misalnya:
1. Secara psikis yaitu menyadarkan diri sendiri bahwa stres memang selalu ada dalam setiap aspek kehidupan dan dialami oleh setiap orang walaupun dalam bentuk dan intensitas yang berbeda.
2. Secara fisik dengan mengkonsumsi makanan dan minuman yang cukup gizi, menonton acara-acara hiburan di televisi, berolahraga secara teratur, melakukan yoga, relaksasi otot, dan sebagainya. 

b. Mengenal dan mengubah sumber stres, yang dapat dilakukan dengan tiga macam pendekatan, yaitu:
1. Bersikap asertif, yaitu berusaha mengetahui, menganalisis, dan mengubah sumber stres. Misalnya bila ditegur pimpinan, respon yang ditampilkan bukan marah melainkan menganalisis mengapa sampai ditegur.
2. Menarik diri atau menghindar dari sumber stres. Tindakan ini biasanya dilakukan bila sumber stres tidak dapat diatasi dengan baik. Namun cara ini sebaiknya tidak dipilih karena akan menghambat pengembangan diri. Kalaupun dipilih, lebih bersifat sementara sebagai masa penangguhan sebelum mengambil keputusan pemecahan masalah.
3. Kompromi yang bisa dilakukan dengan konformitas (mengikuti tuntutan sumber stres, pasrah) atau negosiasi (sampai batas tertentu menurunkan intensitas sumber stres dan meningkatkan toleransi terhadap stres).

2.4 Evaluasi Strategi Pengelolaan Stres Kerja

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi cara mengatasi stres sehingga dapat diketahui apakah stres benar-benar bisa diatasi atau tidak. Evaluasi dapat dilakukan pada tahapan waktu tertentu, misalnya setiap tiga bulan sekali atau satu semester. Selain untuk mengetahui tujuan tercapai atau tidak, evaluasi juga bermanfaat sebagai acuan untuk meningkatkan mutu perencanaan dan kegiatan mendatang.

Untuk meningkatkan kekebalan terhadap stres, seseorang perlu melakukan berbagai upaya seperti makan secara teratur, tidur cukup dan teratur, olahraga secara rutin, menghindari rokok dan minuman keras, bergaul dengan lingkungan secara sehat, mengaturlah waktu secara efektif dan efisien, menyempatkan diri untuk berekreasi, dan yang paling penting adalah harus berpegang teguh terhadap ajaran agama.

3. Penutup

Stres biasanya dipandang sebagai sesuatu yang negatif. Namun demikian, stres bisa dilihat sebagai sesuatu yang positif. Untuk mengatasi stres kerja yang dialami guru dapat dilakukan dengan menyeimbangkan prioritas yang kadang-kadang saling bertentangan. Tujuan-tujuan yang bertentangan akan menyebabkan stres dan stres dapat berkurang atau hilang bila keinginan, sikap, dan kemampuan kita seimbang dalam menyikapi berbagai persoalan kehidupan.

DAFTAR PUSTAKA

Assegaf, A. R. 2004. Pendidikan Tanpa Kekerasan: Tipologi Kondisi, Kasus, dan  Konsep. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Cooper Cary & Straw Alison. 1995. Stress Management. Jakarta: Kesain Blanc.
Diahsari, Y.E. 2001. Kontribusi Stres pada Produktivitas Kerja. Anima Indonesian Psychological Journal.Vol. 164.
Handoyo, Seger. 1998. Model Mcgrath sebagai Penjelasan Hubungan sntara Stres Pekerjaan dan Performance. Jurnal Anima. Surabaya:Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.
Koeswara, E. 1988. Agresi Manusia. Bandung: Eresco.
Morgan, C. T., King, R. A, & Weisz, J. R..1986. Introduction to Psychology. New York: McGraw-Hill Book Co.
Rosyid, Abdul. 2010. Mengelola Stres. http://www.rosyid.info/2010, diunduh 3 Juli 2010.
Widyasari, Putri. 2010. Stres Kerja. http://rumahbelajarpsikologi.com, diunduh 3 Juli 2010.





Share:

1 komentar :

  1. Agen Bola Online & Casino Online Terpercaya
    1 USER ID UNTUK SEMUA PERMAINAN !!!
    Casinobet77 Menyediakan Permainan Terbaru & Terbaik
    Livecasino | Bolaonline | Sabungayam | PokerDomino | SpadeGaming | SlotGame | Tangkas | BatuGoncang | Jdb168 SlotGame | NumberGame Lottery
    -----------------------------------------------------------------------
    - Bonus Deposit MEMBER BARU Sportbook 100%
    - Bonus Deposit 30% Khusus Permainan Sportbook
    - Bonus Deposit 10% Setiap Hari Untuk Semua Game
    - Bonus Deposit Setiap hari 5rb - 25rb
    - Bonus Casino Rollingan 0.8% Setiap Hari Senin
    - Bonus Rollingan Poker & domino 0,3%
    - Bonus Cashback Game & Tangkas 5%
    - Bonus Cashback Sportbook 5%
    - Bonus Cashback Sabungayam 5%
    - Bonus Referall 2% Semua Game
    - Bonus Referall 1% dari member Togel
    Contact Us Now :
    Livechat Casinobet77
    whatsapp : +85599495431
    PIN BBM : D6235F1C
    Wechat : casinobet77cs1
    Line : casinobet77
    skype : casinobet77
    Link pendaftaran :lc.chat/now/8523001/

    BalasHapus