09 Februari 2011

Konsep Pendidikan yang Membebaskan Paulo Freire: Sudah Adaptifkah?

Paulo Freire adalah seorang tokoh pendidikan Brazil dan teoretikus pendidikan yang berpengaruh dan kontroversial di dunia karena menggugat sistem pendidikan yang telah mapan di Brazil. Baginya, pendidikan seharusnya mampu membebaskan. Membebaskan kaum-kaum yang tertindas, dan kaum-kaum penindas dari sistem pendidikan yang menindas.

Freire menggugat sistem pendidikan gaya Bank yang dilaksanakan di Brazil pada saat itu. Menurutnya, sistem pendidikan gaya Bank hanya menjadikan anak sebagai objek. Anak hanya dianggap sebagai wadah untuk menampung sejumlah pengetahuan dari guru. Tidak hanya itu, sistem pendidikan semacam ini telah memasung kreativitas dan membelenggu hak-hak anak dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, ia menawarkan suatu konsep pendidikan yang menurutnya relevan untuk kaum miskin dan tersisih (baca: tertindas). Konsep pendidikannya dikenal dengan konsep "Pendidikan yang Membebaskan".

Bertolak dari pandangan filsafat tentang manusia dan dunia, Freire kemudian merumuskan gagasannya tentang hakikat pendidikan dalam suatu dimensi yang sifatnya sama sekali baru dan pembaharu. Bagi Freire, pendidikan haruslah berorientasi kepada pengenalan realitas diri manusia dan dirinya sendiri.
Mari kita renungkan sejenak konsep pendidikan yang membebaskan ala Paulo Freire ini.

1. Freire menawarkan sistem pendidikan yang membebaskan. Bebas dari apa? Bebas dari penindasan agar setiap manusia memiliki hak dan perlakuan yang sama dalam pendidikan. Yang belum terjawab, konsep membebaskan ini untuk apa? Bukankah pembebasan itu sendiri dapat mencerabutkan manusia dari sisi kemanusiaannya. Bukankah pembebasan itu sendiri berarti tidak bertindak melampaui hak-hak manusia lain.

2. Freire menggugat pendidikan gaya Bank. Masih adaptifkan pendidikan gaya Bank ini? Masih !! Kita tidak bisa menyangkal bahwa mayoritas kita dididik oleh sistem pendidikan gaya Bank. Dan terbukti, sistem pendidikan gaya Bank ini berhasil. Dan hingga detik ini, saya masih sangat yakin, banyak pendidik yang tetap menggunakan sistem pendidikan model ini karena pendidikan itu tidak cukup hanya dengan dialog saja. Oleh karena itu, pendidikan juga mesti menggunakan metode uswatun hasanah, pembiasaan, dan bercerita dalam pembelajarannya. Guru berfungsi sebagai pembimbing, sedangkan siswa menjadi manusia yang mesti dibimbing !!

3. Freire menyumbangkan filsafat pendidikan yang datang bukan hanya dari pendekatan yang klasik seorang Plato, tetapi juga dari para pemikir Marxis. Dengan demikian, sangatlah jelas bahwa pendidikan Freire lebih berorientasi humanisme sekuler (dalam tataran praktis, humanis memiliki resiko ateis evolutif) sedangkan pendidikan kita (karena saya seorang muslim) bertujuan ganda yaitu orientasi humanis dan religius.

Oleh karena itu, konsep Freire yang dirumuskan dalam konteks Amerika Latin tidak bisa diterapkan begitu saja dalam konteks yang berbeda sebab situasinya dan permasalahannya tidak sama. Kita jangan bertindak naif dalam menganalisis suatu permasalahan dalam konteks yang khas, apalagi dengan kultur masyarakat kita yang sangat berbeda dengan kultur masyarakat Brazil pada saat itu. Namun, ada baiknya juga jika menjadikan konsep pendidikan yang membebaskan ala Paulo Freire ini sebagai motivasi kita untuk menjadi pendidik yang revolusioner. Semoga.
Share: