Rasa kopiku malam ini, Tuan. Pahit tanpa gula. Sepahit menyesap sepi pada rindu tak berujung. Seolah-olah kau beri nyeri pada pahitnya.
Kopi ini sudah tak hangat lagi, Tuan. Sama seperti kau yang tiba-tiba menghilang pada percakapan yang tak kunjung selesai.
Aku ingat nasihatmu, Tuan. Jangan sering minum kopi. Maaf, Tuan. Aku tak bisa berhenti. Kopi ini sebagai teman sunyi di kala kau tak hendak peduli.
Ah, mungkin sudah terlalu larut untuk minum kopi. Namun, pekatnya seakan mewakili kesendirianku, Tuan. Dan aku berbagi cerita dengan secangkir kopi.
Malam ini, Tuan. Hanya ada langit kelabu, gerimis kecil, secangkir kopi yang telah dingin, dan hati yang lelah merindu.
~lembayungmerahsenja
Kopi ini sudah tak hangat lagi, Tuan. Sama seperti kau yang tiba-tiba menghilang pada percakapan yang tak kunjung selesai.
Aku ingat nasihatmu, Tuan. Jangan sering minum kopi. Maaf, Tuan. Aku tak bisa berhenti. Kopi ini sebagai teman sunyi di kala kau tak hendak peduli.
Ah, mungkin sudah terlalu larut untuk minum kopi. Namun, pekatnya seakan mewakili kesendirianku, Tuan. Dan aku berbagi cerita dengan secangkir kopi.
Malam ini, Tuan. Hanya ada langit kelabu, gerimis kecil, secangkir kopi yang telah dingin, dan hati yang lelah merindu.
~lembayungmerahsenja